Update Sabtu, 07/05/22
Translator: Irina Aoi
Editor: Yumeko
Chapter 2 : Episode 1 - Memulai Layanan Berbayar (Part 1)
"Aku Dokja." (Dokja memiliki arti, anak tunggal atau pembaca)
Aku biasanya memperkenalkan diri kepada orang-orang seperti ini, maka kesalahpahaman berikut akan terjadi.
"Oh, kamu anak tunggal?"
"Ya, tapi bukan itu maksudku."
"Hah? Lalu?"
"Namaku Dokja. Kim Dokja."
Kim Dokja (anak tunggal yang sangat terhormat)—ayahku memberiku nama itu agar aku menjadi pria yang kuat walaupun sendirian. Namun, berkat nama yang diberikan ayahku, aku malah menjadi pria lajang biasa yang penyendiri. Singkatnya, seperti ini: Kim Dokja, 28 tahun, dan lajang. Hobiku membaca web novel di kereta bawah tanah.
"Kalau begitu aku akan menggunakan ponselku."
Di kereta bawah tanah yang bising, aku mengangkat kepalaku secara refleks. Sepasang mata penasaran menatap lurus ke arahku. Itu milik seorang karyawan dari tim SDM, Yoo Sangah.
"Ah, halo." Aku menyapanya.
"Apakah kamu akan pulang kerja?"
"Ya. Bagaimana dengan Yoo Sangah-ssi?" ('ssi' adalah bentuk panggilan rasa hormat terhadap orang yang seumuran)
"Aku beruntung. Kepala Divisiku melakukan perjalanan bisnis hari ini." Yoo Sangah segera duduk setelah kursi di sebelahku menjadi kosong. Aroma lembut tercium dari bahunya, membuatku gugup.
"Apa kamu biasanya naik kereta bawah tanah?"
"Itu..." Yoo Sangah membuat ekspresi suram. Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku melihat Yoo Sangah di kereta bawah tanah. Mulai dari Manajer Personalia Kang hingga Manajer Keuangan Han... Ada rumor bahwa Yoo Sangah menyuruh pria-pria dari perusahaan untuk mengantarnya pulang kerja setiap hari. Namun kalimat tak terduga malah keluar dari mulut Yoo Sangah, "Seseorang telah mencuri sepedaku."
Sepeda?
"Kau pulang pergi kerja menggunakan sepeda?"
"Ya! Aku sibuk lembur akhir-akhir ini dan sepertinya kurang berolahraga. Memang sedikit merepotkan, tapi itu nyaman untuk dilakukan."
"Aha, aku mengerti."
Yoo Sangah tersenyum. Melihat wajahnya dari dekat membuatku bisa memahami perasaan yang dimiliki setiap pria terhadapnya. Namun, itu bukan urusanku. Setiap orang memiliki genre kehidupan, dan Yoo Sangah adalah seseorang yang menjalani genre yang berbeda dariku. Setelah percakapan canggung, kami melihat ponsel kami masing-masing. Aku membuka aplikasi novel yang kubaca sebelumnya saat Yoo Sangah… Apa ini?
"Por favor dinero."
"Hah?"
"Bahasa Spanyol."
"Ah, begitu. Apa artinya?"
"Tolong beri aku uang," jawab Yoo Sangah dengan bangga. Belajar di kereta bawah tanah setelah pulang kerja… Dia benar-benar memiliki genre yang berbeda dariku. Namun, apa gunanya menghafal kosakata itu?
"Kamu pekerja keras yah."
"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kamu lihat Dokja-ssi?"
"Ah, aku…"
Tatapan Yoo Sangah tertuju pada layar ponselku. "Apa itu sebuah novel?"
"Ya, begitulah... Bisa dibilang semacam belajar Bahasa Korea."
“Wah, aku juga suka novel. Akhir-akhir ini aku tidak bisa membaca karena tidak ada waktu…”
Sungguh mengejutkan. Yoo Sangah suka membaca novel…?
"Novel seperti Murakami Haruki, Raymond Carver, Han Kang..."
Ah, kurasa begitu.
Yoo Sangah bertanya, "Dokja-ssi, siapa penulis yang kamu suka?"
"Kamu tidak akan tahu bahkan jika aku menyebutkan namanya."
"Aku sudah membaca banyak novel. Siapa nama penulisnya?"
Saat ini, sangat sulit untuk mengatakan bahwa aku membaca web novel sebagai hobi. Aku melirik judul novel di aplikasi.
[The World after the Fall / Three Ways to Survive in a Ruined World]
Penulis : tls123 (Sing Shangshong).
Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sedang membaca 'Dunia setelah Kehancuran' oleh tls123 (Sing Shangshong).
"Ini hanya novel fantasi. Yah, semacam novel Lord of the Rings..."
Mata Yoo Sangah melebar. "Aha. Lord of the Rings. Aku sudah menonton filmnya."
"Filmnya bagus."
Keheningan berlanjut sejenak. Yoo Sangah menatapku seolah menungguku untuk mengatakan sesuatu. Percakapan kami menjadi tegang. Jadi, aku memutuskan untuk mengganti topik.
"Sudah setahun sejak aku bergabung dengan perusahaan. Ini adalah tahun terakhirku. Waktu berlalu sangat cepat."
"Ya. Waktu itu, kita berdua masih belum tahu apa-apa, kan?"
"Itu benar. Rasanya seperti baru kemarin, tapi masa kontrak sudah mau berakhir saja."
Aku menyadari bahwa aku telah mengatakan sesuatu yang salah ketika melihat ekspresi Yoo Sangah.
"Ah, aku..." Yoo Sangah terdiam.
Sepertinya aku telah lupa. Yoo Sangah menerima kredit dari pembeli orang asing bulan lalu dan telah dipromosikan menjadi karyawan tetap.
"Ah, benar. Aku terlambat memberi ucapan selamat. Maaf. Haha, mungkin aku juga harus bekerja keras untuk belajar bahasa asing."
"Ah, tidak Dokja-ssi! Masih ada evaluasi performa dan..."
Aku benci mengakuinya, tapi pemandangan Yoo Sangah saat berbicara sangat indah. Seolah sorotan dunia hanya menyinari satu orang saja. Jika dunia ini adalah sebuah novel, tokoh utamanya akan menjadi orang seperti itu. Faktanya, itu adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Aku belum mencoba, tetapi Yoo Sangah terus berusaha. Aku hanya membaca novel di internet, sementara Yoo Sangah belajar keras. Wajar jika Yoo Sangah menjadi karyawan tetap, sedangkan aku, masa kontrakku akan berakhir.
"Itu... Dokja-ssi."
"Ya."
"Jika tidak keberatan... Aku akan memberitahumu aplikasi belajar bahasa asing yang kugunakan."
Suara Yoo Sangah sejenak terasa menjauh. Juga dunia rasanya begitu jauh. Aku menguatkan pikiran dan menatap lurus ke depan. Seorang anak laki-laki sedang duduk di kursi di seberangku di kereta. Dia berusia sekitar 10 tahun atau mungkin lebih. Anak laki-laki itu memegang jaring pengumpul serangga sambil duduk di sebelah ibunya, tertawa gembira.
"...Dokja-ssi?"
Bagaimana jika aku memiliki kehidupan yang berbeda dari sekarang? Maksudku, bagaimana jika genre hidupku berubah?
"Kim Dok..."
Jika genre hidupku bukan 'realita' tetapi 'fantasi'… Bisakah aku menjadi tokoh utama? Entahlah, aku tidak tahu. Namun, ada satu hal yang aku tahu.
"Tidak apa-apa, Yoo Sangah-ssi."
"Hah?"
"Itu tidak akan berguna bahkan jika kamu memberitahuku aplikasinya."
Genre hidupku jelas 'realita' "Dokja memiliki kehidupan Dokja (penyediri/pembaca)."
"Huh apa…"
"Aku hanya seseorang seperti itu."
Dalam genre ini, aku bukanlah seorang tokoh utama tetapi seorang 'pembaca' seperti namaku sendiri 'Dokja'.
"Kehidupan seorang pembaca (Dokja)..."
Yoo Sangah memiliki ekspresi serius di wajahnya. Aku melambaikan tangan untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak tahu mengapa, tetapi wanita ini mengkhawatirkanku. Mungkin karena dia adalah bagian dari tim SDM… Aku sadar diri.
"Bagus Dokja-ssi."
"Ya?"
"Kalau begitu aku akan menjalani kehidupan gading (Sangah)."
Yoo Sangah sepertinya telah memutuskan sesuatu, kemudian dia melanjutkan belajar bahasa Spanyol. Aku menatapnya sebentar sebelum melihat aplikasi novel. Semuanya telah kembali normal, tetapi anehnya, pengguliran novelku tidak berjalan dengan lancar. Mungkin karena aku menyadari beratnya realita sehingga aku tidak mampu menggulir web novel itu ke bawah.
Saat itu, sebuah notifikasi muncul di layar atas ponselku.
[Kamu memiliki satu pesan baru]
Itu dari penulis 'Ways of Survival.' Aku membuka pesan tersebut.
[Pembaca yang terhormat, novelku akan memulai layanan berbayar mulai jam 7 malam. Ini akan sangat membantu. Semoga beruntung.]
[1 lampiran]
Penulis mengatakan dia akan memberiku hadiah. Apa hadiahnya?
Seperti namaku, aku juga pada dasarnya adalah seorang pembaca. Jadi, aku sangat senang menerima pesan itu. Ya, tidak buruk hidup sebagai seorang pembaca. Aku memeriksa jam. Saat ini pukul 18:55. Aku punya waktu lima menit sebelum novel itu dimonetisasi pada pukul 7 malam. Kemudian aku membuka daftar novel pilihanku di aplikasi. Karena aku adalah satu-satunya pembaca, aku harus meninggalkan komentar ucapan selamat dan memberi kekuatan kepada penulis. Namun…
-Karya tidak ada.
Aku mencoba mengetik 'hancur' beberapa kali di kotak pencarian, tetapi hasilnya sama. Papan buletin untuk 'Ways of Survival' telah menghilang tanpa jejak. Itu aneh. Pernahkah ada kasus novel yang dihapus tanpa pemberitahuan ketika novel tersebut akan dimonetisasi?
Pada saat itu, lampu kereta bawah tanah tiba-tiba padam. Bagian dalam kereta menjadi sangat gelap.
Kiiiiiiiik-!
Kereta bawah tanah bergetar hebat, mengeluarkan suara logam. Hal itu menyebabkan Yoo Sangah berteriak dan meraih lenganku. Lalu aku mendengar suara orang-orang mulai bergejolak. Yoo Sangah mencengkeram lenganku begitu erat sehingga aku lebih memperhatikan rasa sakit di lengan kiriku daripada mematung kaget secara tiba-tiba. Butuh belasan detik bagi kereta untuk berhenti sepenuhnya.
Aku dapat mendengar suara-suara keheranan datang dari segala arah.
"Eh, apa?"
"A-Apa ini?"
Dalam gelap, satu atau dua senter dari ponsel menyala. Yoo Sangah masih memegang lengan kiriku dengan erat sambil bertanya, "A-Apa yang terjadi?"
Aku berpura-pura tidak peduli. "Jangan khawatir. Ini bukan masalah besar."
"Apa benar begitu?"
"Ya, itu mungkin gangguan dari aksi bunuh diri. Masinis akan segera membuat pengumuman."
Ketika aku selesai berbicara, aku mendengar pengumuman dari masinis.
[Pemberitahuan untuk seluruh penumpang di kereta. Pemberitahuan untuk seluruh penumpang di kereta!]
Lingkungan yang bising menjadi tenang. Aku menghela napas dan membuka mulutku, "Lihat, itu bukan masalah besar. Sekarang mereka akan mengumumkan permohonan maaf, lalu listrik akan dinyalakan kembali..."
[Semuanya lari... Lari...!]
Apa?
Ada suara bip, siaran terhenti. Bagian dalam kereta menjadi kacau.
"D-Dokja-ssi? Apa ini...?"
Sebuah cahaya terang melintas dari depan kereta bawah tanah. Terdengar bunyi drum yang keras disusul bunyi pop. Sepertinya sesuatu sedang menuju ke sini dalam kegelapan. Mungkin hanya kebetulan, tetapi aku tidak sengaja melihat jam pada saat ini tepat pukul 7:00 malam.
Rasanya seolah dunia ini berhenti. Kemudian aku mendengar suara lagi...
[Layanan gratis sistem planet 8612 telah dihentikan.]
[Skenario utama dimulai.]
Itu adalah saat genre hidupku berubah.
0 Komentar