Update Selasa, 31/05/22
Translator: Irina Aoi
Editor: Yumeko
Chapter 1 : Kekacauan Saat Insiden Siaran
Kecelakaan penyiaran mengerikan kedua telah terjadi dalam sejarah Republik Korea.
Orang-orang bergumam sambil melihat ke arah panggung.
Produser mengatupkan giginya, kemudian mengulurkan tangan menjabat tangan seorang staff. Dia tidak menahan seperempat tangannya dan tiba-tiba meletakkan jari ke leher staff itu.
Produser Shin berkata, "Jika kamu tidak ingin dipecat, cepat kerjakan sekarang juga."
Seorang manajer menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangan dan menjerit tanpa suara.
Anggota grup idola harus menunjukkan usaha mereka dengan menari di atas panggung sampai tetes keringat terakhir.
Jika tangan dan kaki mereka sakit saat mencari nafkah, seorang idol harus tetap menunjukkan pesona mereka seperti "Mimpi-mimpi hari ini".
Bahkan jika mereka tidak suka ayam, seorang idol harus menunjukkan senyum bahagia saat makan ayam!
Ini adalah penampilan besar di panggung secara live (Siaran langsung).
Mereka tidak boleh tidak tersenyum pada saat siaran.
Mereka bahkan tidak bisa berpura-pura sakit atau menangis.
Pejabat penyiaran, penggemar, kolega, serta pemirsa datang menonton.
Tidak banyak Idol yang jarang tampil di atas panggung. Mereka seolah muak dengan kehidupan penyiaran.
Tapi setidaknya, para anggota grup idol itu tetap menari.
Namun, idol yang satu ini hanya berdiam diri di atas panggung.
Meskipun dia yang menyebabkan kekacauan ini, ekspresinya terlihat sangat tenang.
Seolah-olah dia tidak mendengar suara musik yang menggelegar seakan bisa merobek gendang telinga.
Pada pandangan pertama, penampilannya tampak seperti seorang Saint (Orang suci/pendeta) jika hanya gambarnya yang dipotong dengan photoshop.
Dan nyatanya, idol yang satu ini memang Saint, tepatnya dia adalah seorang Pendeta Agung.
Alih-alih demikian, entah bagaimana caranya dia tiba-tiba menjadi seorang idola.
* * *
Sembilan jam sebelum peristiwa itu terjadi.
Pria yang akan meledakkan bom besar di siaran Korea sedang berteriak di depan cermin.
“S-siapa ini? Apa ini?"
Dia berada di seperempat kecil toilet, para anggota grup sedang menyikat gigi dengan cepat, melepas celana olahraga mereka menggunakan kaki.
Pria itu berteriak aneh, secara mengejutkan.
Para anggota grup meliriknya dan berkata, “Oh, itu tidak lucu.”
"Berhenti melihat cermin, bodoh."
Mereka hanya mengucapkan kata-kata kasar.
Mereka adalah grup idola yang sudah lama tidak terkenal sehingga julukan untuk mereka adalah 'kapal selam', dan setelah lama hidup dalam ketidakpopuleran dan ejekan, hubungan diantara mereka menjadi sangat dekat.
Sungguh menyebalkan melakukan sesuatu yang aneh dengan melihat cermin ketika pria itu harusnya menunjukkan hasil kerja keras mereka sebelum masa kontrak berakhir.
Pria yang sedang berteriak itu, juga sering melakukan hal-hal aneh.
Karena itu, semua orang tidak mempedulikannya, bahkan ketika berkendara menuju toko, merapikan rambut serta merias wajah di ruang tunggu, dan juga di ruang stasiun siaran. Mereka sudah terbiasa.
Kasus yang sama ketika pria itu sering ditanya dari waktu ke waktu, "Kamu kenapa?" "Kamu ada di mana?" "Apa yang sedang terjadi?"
Tetapi jika orang-orang itu lebih memperhatikan, mereka akan sadar bahwa 'pria itu' benar-benar dalam keadaan shock karena dia terus-menerus melihat sekeliling.
"Apa yang salah?"
Orang pertama yang merasa pria itu bertingkah aneh dari biasanya adalah stylist (Penata gaya) yang datang untuk memeriksa kostum empat puluh menit sebelum latihan.
"Mana yang sakit?'
Ketika stylist melihat bahwa pria itu tampak pucat, dia merasa tidak enak.
Namun, para anggota grup sibuk menyapa para penggemar di luar ruangan sehingga sebagian besar anggota tidak ada di sini.
Satu-satunya anggota yang berada di ruang tunggu bersama pria itu adalah orang yang memiliki hubungan buruk dengannya.
"Biarkan saja. Dia memang selalu seperti itu.”
Dia menatapnya sambil menggoyang-goyangkan lutut dan menoleh ketika pria itu mendengus.
"Apa kamu baik baik saja? Apa perutmu sakit?”
Ketika stylist bertanya lagi, pria itu balik menatap stylist dan malah mengajukan banyak pertanyaan.
"Saya ada dimana?"
Cody tertawa kemudian menjawab, “Dimana kamu? Tentu saja kamu di ruang tunggu.”
"Saya? Siapa saya?"
Dia bertanya dan bertanya lagi sementara Cody terheran.
“Kamu adalah Woo Yeon-Woo, seorang idola.”
Anggota di sebelahnya menambahkan dengan sinis, “Idola kapal selam nuklir.”
Namun, pria itu tidak mengerti apa yang mereka katakan mengenai 'kapal selam nuklir' atau apa itu 'idola'.
Pria yang Cody panggil sebagai Woo Yeon-Woo, mengepalkan tangan sambil melihat ke dinding dengan getaran di matanya.
Dirinya harus melakukan ini, tapi dia bukanlah Woo Yeon-Woo.
Dia bukan anggota grup 'Wild Animal', grup idola yang tidak terkenal hingga dicap menjadi 'kapal selam', dan dia juga bukan pemuda kekanak-kanakan yang selalu bertingkah aneh.
Tapi dia adalah seorang Pendeta Agung paling suci yang dinilai memiliki kekuatan penyembuh tertinggi yang pernah ada, Rembrary.
* * *
"Apa yang terjadi?"
Rembrary menggenggam tangannya erat-erat, berpikir tanpa sadar.
(Rembrary adalah semacam penasihat atau petuah)
Rembrary yang selalu disebut sebagai keajaiban hidup dan melakukan segala macam keajaiban, tidak bisa menerima keadaan ini.
Dia telah berada di tempat yang salah dalam sekejap mata, terjebak dalam pria muda dengan usia yang sama dengannya. Selain itu, dia juga menjadi orang yang sama sekali berbeda, tidak hanya dalam warna rambut, warna mata, tetapi juga tubuhnya.
Lingkungannya juga benar-benar berbeda dari dunia tempat dia tinggal. Pakaian orang-orang disini berbeda.
Orang-orang bertindak seolah-olah mereka mengenalnya dan memanggilnya 'Woo Yeon-Woo'.
Bahkan jika dia mengatakan tidak, dia bukan Woo Yeon-Woo, orang-orang itu tidak peduli, dan hanya menyeretnya ke gedung yang tampak aneh.
Sulit untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Apakah saya berada di tubuh orang lain?
Rembrary menerima bagian dari situasi ini di ruangan yang penuh dengan cermin.
Dia juga memeriksa kembali kekuatan sucinya yang telah dia periksa ratusan kali saat berada di kereta aneh.
Untungnya, kekuatan sucinya masih ada.
Setelah melukai tangan seseorang dan mengobatinya dengan kekuatan suci, kekuatan suci yang telah keluar, akan segera bangkit.
Tapi mengapa ini terjadi?
Dia ingat hal terakhir yang dia alami.
Seseorang berhasil memanggil iblis, kemudian bayangan hitam menutupi langit.
Bingkai transparan berbentuk belahan bumi terbentuk di atas kota.
Matahari terbenam di bayang-bayang dan kota menjadi gelap.
Orang-orang berteriak. Monster aneh mulai muncul dari tanah yang gelap.
Satu-satunya yang bisa menangani situasi itu adalah Rembrary.
Dia membaca mantra untuk menyelesaikan situasi genting itu, bahkan dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya.
Ku pikir aku juga mendengar tawa menyeramkan seseorang diakhir.
"Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu."
Ku pikir aku pernah mendengar kata-kata seperti itu.
Kemudian aku mengedipkan mata dan disinilah aku berada sekarang.
"Apa aku berhasil menangkapnya?"
Rembrary mengepalkan tangannya sambil berpikir dengan wajah gelap.
Atau mungkin seseorang telah memanggil iblis untuk mengusir dirinya.
Mengusirnya sejauh mungkin, entah dimana, dia sama sekali tidak tahu.
"Sial."
Rembrary mengetukkan gigi dan mengepalkan tangannya.
Setelah dia pergi dari tempat asalnya, dia menjadi gugup untuk menebak bagaimana keadaan akan berubah.
Namun, Rembrary masih belum cukup untuk menjadi menyedihkan.
"Grup Wild Animal. Grup Wild Animal. Keluar!"
Saat seorang staff menggedor pintu dengan suara jengkel, seorang pemuda yang duduk di sofa berdiri dan mencengkram leher Rembrary.
"Ayo pergi, ini waktunya giliran kita."
"Tunggu sebentar-"
"Ayo cepat!"
Rembrary berjuang, tetapi pemuda itu terus menyeretnya, tidak peduli apakah dia kehilangan keseimbangan atau tidak.
Ketika berada di luar ruangan, dia melihat pemuda lain berlarian terjebak di lorong sempit.
"Permisi! Permisi!"
“Oh datang ke sini!”
Terjadi keributan sesaat.
Ketika sadar, Rembrary sudah berdiri di atas panggung raksasa yang tampak aneh.
Para anggota grup mendorongnya untuk berbaris, kemudian disusul suara musik yang diputar dengan volume keras.
"Apa ini?"
Berdiri linglung, Rembrary menyaksikan para anggota tiba-tiba menari.
Melihat mereka yang sibuk menari bolak-balik, seorang pria aneh dengan kacamata, berteriak, menunjuk jari ke arah Rembrary.
"Apa yang kamu lakukan sekarang? Apa kepalamu sedang tidak baik-baik saja?”
Kemudian, para anggota di atas panggung menarik Rembrary keluar dari panggung.
Dan ketika musik selesai, mereka membawa Rembrary kembali ke ruang tunggu.
Ketika Rembrary datang ke ruang tunggu, seorang pemuda berkacamata yang telah membawa para anggota ke dalam kereta, tetapi tidak ikut naik ke atas panggung, menjadi marah.
“Woo Yeon-Woo, kenapa kamu tidak melakukannya dengan benar? Apa yang salah denganmu? Apa kamu memiliki penyakit Star Syndrom? Sudah kubilang latihan sama pentingnya dengan panggung utama! Untuk menemukan satu lagi sudut yang indah, bukankah aku menyuruhmu untuk berlarian seperti ada api di telapak kakimu, kan?”
Dari semua kata-kata yang pemuda berkacamata itu ucapkan, Rembrary hanya bisa mengerti beberapa kata.
"Penyakit Star Syndrom... Apa saya sakit?"
(Star Syndrom adalah kecenderungan seseorang yang berpikir bahwa status mereka lebih tinggi berkat ketenarannya, sehingga bersikap angkuh, merasa layak dihormati, sulit menerima kritikan, serta tak menghargai orang lain)
"Lihat, kau bajingan yang memiliki konsep aneh lainnya. Gaya bicaramu ikut aneh."
Pemuda berkacamata menepuk bahu Rembrary dengan ketukan tujuh, delapan.
"Jangan! Jangan! Mengapa kalian anggota visual sangat aneh.”
“Anggota visual?”
(Anggota visual adalah salah satu posisi anggota dalam grup idola (pria/wanita) sebagai anggota yang tertampan atau cantik)
Rembrary bertanya dengan bingung tetapi tidak ada yang menjelaskan mau menjelaskan.
Kemudian, saat Rembrary berdiri lebih jauh, pemuda berkacamata itu mengerutkan kening dan bertanya,
"Apa yang salah? Apa kamu benar-benar sakit?"
Saat Rembrary mengangguk, seorang pria muda dengan rambut kuning masuk.
"Jadi, Woo Yeon-woo jatuh dari kamar mandi dan kepalanya terbentur?"
"Apa kamu yakin?"
Pemuda berkacamata bertanya dengan heran.
Kepalanya tidak sakit, tapi Rembrary hanya mengangguk saja.
Pria berkacamata itu menyentuh kepalanya sendiri dengan kedua tangan, kemudian berkata, "Astaga..."
"Ada saja hal-hal aneh yang terjadi di tengah-tengah situasi ini."
Pria berkacamata menatap Rembrary dengan kesal dan tiba-tiba keluar dari ruangan.
Dia tidak segera kembali.
Kemudian, seseorang dengan peluit muncul dan berkata, “Grup Wild Animal! Wild Animal!" Orang itu tidak keluar setelah mengatakan hal itu.
Ketika orang itu meninggalkan ruang tunggu dan pergi ke tempat gelap, pemuda berkacamata bergegas kembali untuk memperingatkan Rembrary.
“Aku sudah meminta kursi untuk di taruh di atas panggung, saat naik ke panggung kamu hanya perlu duduk dan menyapa penggemar dari sana. Duduk saja dan katakan sesuatu, oke? Jangan berdiri saat kamu sedang sakit.”
"Saya mengerti"
"Kenapa gaya bicaramu jadi aneh."
Pria berkacamata menjadi kesal, dan bertanya, “Biarkan para anggota di barisan yang sama berbicara, dan minta mereka untuk membantumu.”
“Dengar, ini mungkin benar-benar album terakhirmu. Kamu harus membuat kemajuan kali ini sehingga bisa memiliki album untuk berikutnya. Sampai kapan kamu mau di cap sebagai grup idola yang tidak terkenal? Sulit untuk mendapat tempat duduk, jadi pastikan kamu menonjol di depan umum.”
Begitu Rembrary mengendurkan bahu, seorang pria dengan tali panjang di lehernya datang dan mengatakan kepadanya, "Kemari."
Seseorang menaruh benda aneh di telinga Rembrary dan menempelkan sesuatu yang lengket di pipinya.
Rembrary berjuang dengan tangannya dan memberitahu pria berkacamata, "Saya memiliki sakit kepala yang parah, saya memiliki sesuatu untuk dikatakan sekarang, kalian pikir saya Woo Yeon-Woo, tapi saya bukan Woo Yeon-Woo." Tapi Rembrary malah tertangkap oleh anggota lain dan diseret naik ke atas panggung lagi kali ini.
Panggung itu disewa, luas dan tenang.
Ada banyak orang di depan panggung, tetapi mereka terlihat agak canggung.
Rembrary melihat sekeliling dengan tatapan kosong.
'Kursi!'
Dia memikirkan kata-kata pria berkacamata yang menyuruhnya untuk duduk di kursi. Rembrary melihat sekeliling dengan cepat, tetapi kursi yang dikatakan pria berkacamata itu tidak ada di sana.
“Menarilah!”
Salah satu anggota diam-diam berdiri di sampingnya, berbisik pelan.
"Saya tidak tahu cara menari!"
Segera setelah Rembrary berteriak, musik dimainkan. Para anggota di atas panggung mengulurkan tangan mereka secara bersamaan dan mengambil posisi menari yang aneh.
0 Komentar