(WN) Holy Idol - Chapter 2

Update Rabu, 08/07/22


Translator: Irina Aoi


Editor: Yumeko



Chapter 2 - Mendominasi Kata Kunci Pencarian


Begitu musik mereka selesai, para anggota grup idola itu turun dari panggung. Disisi lain seorang pemuda berkacamata berteriak, kemudian berlari meraih lengan Rembrary dengan kasar.

“Hei, bajingan! Apa yang kau lakukan? Apa kamu ingin kita mati bersama?”

Pemuda berkacamata itu melototkan matanya lebar-lebar.

Rembrary yang kaget refleks menjambak rambutnya dengan tangan kiri.

"Kamu sudah gila, yah? Apa kamu telah kehilangan akal sehatmu? Apa kamu berniat tenggelam hanya karena tidak bisa naik?! Kamu ingin terkenal tetapi kamu baru saja membuat kesalahan besar dengan dicap sebagai insiden siaran terfatal sepanjang masa.”

Kemana perginya pria yang menyemangatiku tadi? Wajahnya sangat menakutkan.

Pria muda berkacamata berteriak dengan urat menonjol di lehernya, tetapi musik di atas panggung terlalu keras sehingga itu tidak terlalu berpengaruh.

"Bajingan gila, kemari kau!"

Sepertinya pemuda berkacamata menyadari sesuatu. Dia menarik lengan Rembrary lalu membawanya menuju ruang tunggu, tetapi pemuda berkacamata itu terus saja berteriak bahkan setelah melepaskan lengan Rembrary.

"Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu pikirkan? Tahukah kamu bahwa ada puluhan, tidak, ada ratusan grup idola, menunggu saat-saat untuk naik ke atas panggung? Aku ingin kamu menjernihkan kepalamu. Apa kamu tidak ingin menjadi selebriti!? Kamu benar-benar... apa kamu tahu berapa banyak yang aku pertaruhkan agar kalian mendapat satu penampilan di panggung ini?"

Rembrary bahkan tidak bisa berbicara dengan benar hingga pemuda berkacamata memukul dadanya karena marah.

Para pemuda yang tadi berada di atas panggung bersama Rembrary ikut menyindirnya secara bergantian.

"Jangan-jangan ini demi uang? Siapa yang menyuruhmu merusak penampilan kita di panggung? Atau kamu ingin menjadi orang yang mendominasi kata kunci pencarian di internet?”

"Ya ampun…"

"Dia memotong garis hidup terakhir kita."

“Jika kamu ingin mati, matilah sendiri. Tidak, justru kamu akan gila jika kamu mati sendirian.” 

Rembrary masih tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Namun, dia mengerti bahwa suasana saat ini sedang buruk.

“Tidak ada kursi.”

Rembrary dengan tenang menjelaskan situasinya kepada pemuda berkacamata.

“Bukankan dirimu menyuruhku duduk di kursi? Tapi disana tidak ada kursi.”

“Aku tidak ingin mendengar nada bicaramu itu, jadi hentikan! Apa kamu pikir kamu bisa membuat lelucon di tengah-tengah situasi seperti ini?!”

Rembrary menebak apapun yang dia katakan sekarang tidak lagi penting bagi mereka.

Pemuda berambut kuning mendecakkan lidah dan mengejek Rembrary—sungguh ironis.

“Tidak butuh satu atau dua hari bagi seorang idola yang tidak terkenal untuk memahami hal ini. Kamu seharusnya berada di pojok karena kamu mengetahuinya.”

"Diriku ini idola yang tidak terkenal?"

Rembrary yang menganggap "idola" sebagai nama belakang atau nama tubuh pria yang dia masuki, bertanya dengan malu.

“Lalu, apa menurutmu kamu seorang idola yang tidak terkenal atau idola yang terkenal?”

Pria muda berkacamata itu berusaha keras untuk menahan sarkasme dalam suaranya.

Rembrary sekarang mengetahui bahwa "idola" bukanlah nama pria yang dia masuki atau nama belakangnya.

Dia merasa ini seperti pekerjaan untuk menjadi terkenal.

Atau semacam itu.

Yang pasti adalah bahwa ucapan mereka tampaknya masuk akal tetapi dunia Rembrary sangat berbeda.

Apa gunanya berbicara?

Terlalu banyak kata-kata yang sulit dimengerti.

Segera setelah Rembrary menyadari hal ini, dia dengan cepat menunjukkan kepintarannya dan menjelaskan dirinya sendiri.

“Seperti yang dikatakan si rambut kuning tadi, kepalaku terbentur pagi ini.”

Rembrary mengarahkan jarinya ke sisi kepalanya.

“Sepertinya ada masalah. Diriku bahkan tidak tahu siapa kalian semua.”

Dia juga merasa sulit untuk percaya saat memasuki tubuh orang lain.

Sejujurnya, kalian tidak akan percaya jika aku bilang 'Aku adalah seorang Pendeta Agung, Rembrary, dan aku mencoba menyelamatkan dunia beberapa jam yang lalu.'

"Diriku mengatakan yang sebenarnya!!"

Tapi pemuda berkacamata itu hanya menepuk dadanya dan tidak mempercayai Rembrary sama sekali.

Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu ruang tunggu.

“Kalian tetaplah disini... Bahkan jangan pergi ke kamar mandi sekalipun!"

Ketika pemuda berkacamata yang berteriak itu sudah berada di luar, para anggota grup bergantian mengkritik Rembrary.

Apa-apaan ini…

Rembrary menjadi cemberut lalu memutuskan mendekati pintu.

Dia bahkan belum menempelkan telinganya ke pintu saat tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar.

Wild Animal tidak boleh tampil lagi mulai sekarang, kecuali kotoran masuk ke mataku! Aku tidak akan menampilkan musik mereka di atas panggung!”

“Tidak, Produser Woo. Jangan berkata seperti itu, aku minta maaf. Semua ini terjadi karena Woo Yeon-woo tidak enak badan hari ini. Kami akan menjelaskannya dalam artikel.”

"Apa? Woo Yeon-woo terlihat baik-baik saja tadi, dan bahkan masih bisa berdiri. Bagaimana bisa dia tidak enak badan!"

“Oh, Woo Yeon-woo hanya tidak mau menunjukkannya. Dia sangat pucat sekarang. Mereka semua bersama dengan Yeon-woo menangis di ruang tunggu karena menyesal.”

“Itu urusanmu. Ini bukan saatnya bagiku untuk berdebat dengan orang lain. Aku juga akan dicabik! Jika dia sakit, kamu bisa meminta staff untuk membawakannya kursi!”

"Maaf, eh, ini salahku. Seharusnya aku membawa kursi.”

Rembrary menurunkan pandangannya dengan canggung.

Dia tidak tahu siapa yang marah.

Tapi suara orang yang meminta maaf kepada pria yang marah itu pasti suara pemuda berkacamata.

Pemuda berkacamata berteriak dan memarahi Rembrary disini.

Tetapi ketika di luar, dia melindungi Rembrary.

Apa yang sedang terjadi?

Rembrary menghela nafas.

* * *

– Keheningan yang kebetulan.

– Secara kebetulan, seorang idola tidak tahu cara menari.

– Anggota grup Wild Animal, Woo Yeon-Woo.

– Woo Yeon-Woo

Wild Animal

– Penampilan seorang idola secara live

– Insiden musik saat penyiaran


Jempol pria itu naik turun dengan cepat, menggulir layar ponsel berwarna hitam.

CEO Lim membolak-balik layar dengan mata kosong. Dia menghela nafas, kemudian menatap Jong-woo.

Jong Woo--manajer grup Wild Animal, terlihat menundukkan kepalanya.

“Jong Woo...”

CEO Lim memanggilnya dengan suara lemas.

"Iya, pak."

“Sudahkah kamu memeriksa pencarian kata kunci di internet?”

"… Ya."

"Ini benar-benar..."

"Ya."

“Pernahkah kamu melihat agensi kita mendominasi kata kunci pencarian internet seperti ini?”

"Aku minta maaf."

Jong Woo menjawab tanpa mengangkat kepalanya.

"Woo Yeon-Woo bilang dia kehilangan ingatannya ..."

"Jong Woo apa kamu percaya yang dia katakan?"

"Tidak…"

CEO Lim menyandarkan kepalanya ke kursi.

Wild Animal, grup idola tiga tahun yang tidak terkenal hingga dijuluki sebagai 'kapal selam nuklir'.

Agensi Wild Animal, LLL Entertainment, pada awalnya merupakan agensi khusus aktor.

Setelah itu, ketika virus K-pop menyerang hingga beberapa grup idola dengan cepat muncul sebagai konsep utama, LLL Entertainment juga meluncurkan grup idola untuk mengikuti tren zaman.

Itu adalah Wild Animal.

Tetapi grup yang belum siap, bertentangan dengan ambisinya untuk melakukannya dengan baik.

Demi mendapatkan lagu yang bagus, CEO Lim mengunjungi komposer terkenal dan mengundang koreografer asing untuk mengatur gerakan tari kelompok yang rumit.

Dia menginvestasikan sejumlah besar anggarannya di Wild Animal alih-alih aktornya.

Tetapi di tengah-tengah grup idola yang tak terhitung jumlahnya, Wild Animal malah tidak bisa menari.

Ada banyak pembicaraan buruk tentang Wild Animal, tetapi karena ini adalah grup pertama yang diluncurkan, CEO Lim terus menuangkan uang dengan penuh kasih sayang.

Aku tidak memberi kalian makanan yang enak dan akomodasi yang bagus, tetapi aku berusaha memberi kalian lagu yang bagus dan koreografi yang bagus.

CEO Lim meyakinkan dirinya sendiri bahwa suatu saat nanti mereka akan naik jika mereka bertahan.

Wajah para anggota Wild Animal semua berguna, jadi jika mereka tidak berhasil, CEO Lim berencana mendebutkan mereka sebagai aktor.

Namun, sekarang mereka malah mendapat masalah besar.

CEO Lim membuat suara yang sangat menyakitkan.

Woo Yeon-woo bahkan adalah anggota terkenal dari Wild Animal.

Meskipun kepopuleran Woo Yeon-Woo sekecil tikus, pengakuan ini juga penting untuk grup idola yang tidak terkenal.

“Dengar... Tidak, tidak. Datang dan lihat sendiri.”

CEO Lim mengklik artikel yang paling banyak dilihat orang di berita hiburan Internet dan kemudian menunjukkan komentar terbaik.

“Ayo, lihat urutan artikel rekomendasi dari sini.”


– Apa mereka memberi nama grup Wild Animal (Hewan Liar) karena pikirannya liar? Hahaha.

– Otaknya juga sangat liar.

– Ini adalah mentalitas sepanjang masa.

– Jika melihat nama grup Wild Animal, apa kalian tidak merasa nama grupnya konyol.

– Aku belum pernah melihat idola yang memiliki nyali sebanyak itu di atas panggung dalam hidupku.

– Bukankah itu karena mereka tidak punya uang?

– Aku bertaruh 100 won bahwa ini akan mengapung.

– Seorang idol hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa-apa saat tampil? Dunia ini hebat. Aku juga bisa melakukan itu, lol.

– Yah, itu nama grup yang cukup bagus.

– Ngomong-ngomong, apa dia menjalani operasi plastik?

– Dia bilang dia tidak tahu cara menari, hahaha.


Semakin banyak CEO Lim menurunkan layar dengan jarinya, semakin tertunduk kepala Jong-woo.

"Tidak mungkin. Aku tidak perlu memberitahumu.”

Sambil menghela nafas, CEO Lim meletakkan ponselnya ke meja saat dia berbicara.

“Panggil Woo Yeon-woo.”

***

Setelah keluar dari ruang tunggu dan mengendarai mobil aneh, mereka kembali ke gedung baru.

Itu lebih kecil dari bangunan pertama tempat mereka berasal. Begitu mereka memasuki gedung, manajer mereka meninggalkan Rembrary bersama anggota lainnya dan langsung pergi ke suatu tempat.

Para anggota bubar dengan cara yang lebih nyaman dari sebelumnya, seolah-olah mereka tahu dimana tempat ini.

Rembrary berdiri di sana dalam kekacauan.

Lama kemudian.

Pemuda berkacamata--Jong Woo masuk dan bertanya dengan heran.

"Apa kamu telah berdiri lama disini?"

Rembrary hanya menatap kosong. Jong Woo mengerutkan kening lalu berkata, "Ikuti aku."

Tempat Jong Woo membawanya adalah sebuah ruangan. Ketika memasuki ruangan itu, sebuah meja besar dengan plakat bertuliskan 'CEO Lim Sun-ill' yang diletakkan di atas meja mulai terlihat.

Di belakang meja, duduk seorang pria dengan kesan hampa. Saat melihat Rembrary, pria itu menghela napas dan memanggil, "Woo Yeon-woo."

Segera setelah Rembrary mengkonfirmasi papan nama "CEO" di mejanya, Rembrary segera menyadari bahwa pria itu memiliki posisi yang lebih tinggi daripada pria berkacamata.

Tidak seperti yang lain, pria itu terlihat relatif tenang.

Rembrary mencoba berbicara dengan harapan setelah melihat pria itu.

“Lim Sun-il. Aku punya sesuatu untuk dikatakan.”

Tapi begitu Rembrary selesai berbicara, Jong Woo terkejut dan spontan menekan bagian belakang kepala Rembrary.

"Aku minta maaf, Pak! Hei, kenapa kamu berbicara rendah pada CEO? Kamu gila?!"

(CEO adalah semacam presdir atau pemilik perusahaan

Jong Woo hampir pingsan.

Dia tidak percaya Rembrary berbicara secara informal ketika dia harusnya datang mengemis untuk diampuni setelah membuat kekacauan.

Jantungnya hampir copot.

Namun, alih-alih marah, CEO Lim membuka matanya lebar-lebar lalu melambaikan tangannya.

"Tunggu sebentar."

Ketika Jong Woo melepaskan tangannya, kepala Rembrary yang dipaksa menunduk bangkit kembali.

CEO Lim menatap Rembrary dengan wajah serius.

Ketika mata mereka berdua bertemu, CEO Lim mengerutkan keningnya.

Lalu tiba-tiba, dia bangkit dari meja dan berjalan ke rak buku.

Dari rak buku, CEO Lim mengeluarkan album lalu mengeluarkan secarik kertas kecil di dalamnya.

CEO Lim bertanya sambil menjulurkan kertas itu ke Rembrary.

"Apa kamu tahu siapa mereka?"

Ada potret realistis yang dilukis di atas kertas.

"Aku tidak tahu. Mengapa?"

Ketika Rembrary menjawab, CEO Lim mendecakkan lidahnya.

"Kamu pasti benar-benar kehilangan ingatanmu."

Pria muda berkacamata itu juga mengeluarkan suara sebagai tanggapan.

Ketika Rembrary menatapnya bingung apa yang salah itu, CEO Lim berkata dengan suara sia-sia.

“Itu foto orang tuamu."


Sebelumnya | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar