Update Jum'at, 20/05/22
Translator: Yumeko
Editor: Yumeko
Chapter 26 : 225 HARI YANG LALU
(Perspektif Makoto)
Sejak Mai ditabrak truk, aku sepertinya menjadi gila.
Aku tidak bisa tenang jika aku tidak bisa melihat sosoknya.
Dalam masyarakat umum, keterikatan itu disebut “overprotective”, tetapi aku ragu apakah perasaan ku benar-benar memenuhi syarat untuk disebut demikian.
Apakah aku sebagai kakak laki-laki, tidak bisa membiarkan adikku mati, atau aku terobsesi dengan kehidupan Mai sebagai orang yang aneh? Aku sendiri bahkan tidak yakin.
Aku tidak pernah menganggap Mai sebagai mitra yang setara. Orang itu hanyalah saudara perempuan yang muncul setelah ayahku menikah lagi. Pada titik ini, apa yang ku harapkan?
Jadi, ku pikir aku ingin kembali seperti seharusnya. Aku ingin membuktikan bahwa tidak ada yang berubah. Itu sebabnya aku memutuskan untuk menempatkan Mai di sisi ku. Di sisi lain, bahkan setelah kecelakaan itu, keunikan saudara perempuan ku tampaknya tidak mereda. Dia terus membuat bento aneh untukku.
Rasanya biasa saja, tapi penampilannya aneh. Itu di luar indera manusia normal. Bahkan dalam satu pandangan, aku tahu itu sangat memakan waktu.
“Bukankah ini mungkin!?”
Saat aku membolak-balik buku pelajaran untuk ujian besok tanpa motivasi apa pun, aku mendengar suara Mai dari kamar sebelah. Karena dindingnya tipis, jika tidak hati-hati, suara apa pun akan melewatinya. Tidak seperti Mai, aku tidak menggunakan gergaji di dalam ruangan, atau memindahkan puluhan kardus. Jadi, dia tidak akan menyadari betapa kerasnya dia.
“Kamu bisa melakukannya dengan telur dadar gulung!”
Mai merencanakan isi makan siang bento sebelum tidur. Dia mengatakan kepada ku, "Jangan pernah membukanya sampai kamu akan memakannya!" Jadi, aku seharusnya tidak mendengarkannya, kan?
Aku menghela nafas dan mengeluarkan earphone dari laci. Awalnya, aku tidak akan mendengarkan musik ketika aku sedang belajar, dan aku hanya menggunakannya untuk latihan mendengarkan bahasa Inggris. Namun, aku sudah sering menggunakannya baru-baru ini.
Pada titik ini, aku tidak merasa terganggu oleh suara Mai lagi. Tapi aku masih punya perasaan bahwa aku tidak harus mendengarkan. Di sisi lain, Mai sepertinya tidak curiga denganku yang tiba-tiba mendengarkan musik dari earphone.
Pikiran batinku seakan terkikis, rasanya tidak nyaman.
0 Komentar