(WN) Omniscient Reader’s Viewpoint - Chapter 18

Update Rabu, 15/06/22


Translator: Irina Aoi


Editor: Yumeko



Chapter 18 : Episode 4 – Garis Kemunafikan (Part 3)


Meskipun ada gangguan dari Cheon Inho, para rasi bintang tidak meminta skenario tambahan. Dengan kata lain, ini bukan waktu yang tepat untuk berurusan dengannya.

Selama sekitar setengah hari, aku fokus memahami situasi yang terjadi di Stasiun Geumho. Lee Hyunsung-lah terutama yang memberi informasi. "Saat ini, ada 86 orang di Stasiun Geumho. Ah, sekarang berjumlah 87 orang ditambah Dokja-ssi."

"Itu lebih sedikit dari yang kukira."

"Ya. Ketika 'skenario' dimulai, orang-orang yang berada di dekat stasiun serta orang-orang yang berada di dalam kereta, selamat. Mereka semua tidak mengatakan apa-apa tapi mungkin dalam skenario pertama..."

Aku tidak perlu diberi tahu kata-kata selanjutnya. Aku bisa melihat itu dari ekspresi orang-orang. Mereka yang selamat telah menginjak-injak kehidupan seseorang. Semua manusia disini adalah pembunuh.

"Stasiun Geumho dibagi menjadi dua kelompok. Sebenarnya, itu adalah satu kelompok dan sisanya..."

Lee Hyunsung menatap dengan ekspresi gelap ke arah orang-orang yang bersenjatakan pipa besi atau senjata lainnya. Sudah jelas kelompok mana yang berkuasa.

"Percayalah padaku! Pemimpin kelompok kami sedang bekerja keras. Semua orang akan segera diselamatkan." Putra bungsu dari Perusahaan Hankyung--Han Myungoh berteriak.

"Hyung-nim benar. Semuanya, tolong angan kehilangan harapan. Kita pasti bisa bertahan." Orang yang sedang merangkul Han Myungoh serta memimpin kelompok Cheoldoo, sudah pasti adalah Cheon Inho. Mereka adalah 'kelompok arus utama.'

('Hyung' adalah sebutan untuk kakak laki-laki. Digunakan oleh laki-laki kepada laki-laki yang lebih tua. Menambahkan '-nim' di akhir agar lebih sopan dan hormat.)

“Bu, aku bosan… Bisakah aku bermain game di telepon?”

"Tunggu sebentar. Tim penyelamat akan segera datang."

"Pemerintah akan bertindak. Tidak mudah untuk meruntuhkan sebuah negara."

Kemudian orang-orang yang dilindungi oleh kelompok arus utama dan ingin melanjutkan hidup mereka adalah 'kelompok yang terpinggirkan.' Keinginan mereka terlalu lemah untuk menjadi pembunuh. Bahkan jika 100 pembunuh dikumpulkan bersama, mereka akan dibagi antara yang lemah dan yang kuat. Mungkin 'kelompok yang terpinggirkan' berpikir bahwa mereka tidak cocok jadi pembunuh.

Lee Hyunsung menyaksikan kelompok arus utama yang sedang menghasut orang-orang. Dia lalu berkata, "Distribusi makanan ditentukan oleh kelompok arus utama. Toko serba ada, juga restoran di wilayah tersebut telah dirampok... Makanan yang bisa dimakan sekarang hampir habis."

"Aku mengerti."

"Itulah alasan mengapa beberapa orang dari kelompok arus utama dikirim ke atas tanah untuk mengumpulkan makanan. Heewon-ssi, wanita yang kamu bawa pulang, pergi bersama mereka pagi tadi."

('ssi' adalah bentuk panggilan yang sopan atau rasa hormat terhadap orang lain.)

"Heewon-ssi...?"

"Ah, itu nama wanita yang kamu selamatkan."

Aku menatap wanita yang terbaring di bangku kereta bawah tanah. Di bawah cahaya terang, kecantikannya bisa terlihat. Pipinya yang terangkat serta wajahnya yang lembut ... dia pasti sering mendengar pujian bahwa dia cantik. Berkat paru-paru monyet elllain (monyet air), warna wajah wanita itu jauh lebih segar dibandingkan pagi tadi.

"Apa Heewon-ssi satu-satunya orang yang tidak kembali?"

"Tidak. Sebenarnya, ada beberapa orang keluar pagi ini tetapi hanya yang berasal dari kelompok terpinggirkan yang tidak kembali."

"Mereka tidak kembali?"

"Ya." Ekspresi Lee Hyunsung menjadi sedih lagi. Dia seperti bisa menebak apa yang terjadi pada orang-orang itu. Aku meraih bahu Lee Hyunsung. Aku tahu benar setelah menyentuhnya, Lee Hyunsung benar-benar inkarnasi dari 'Pedang Baja'. Kekuatannya akan segera melebihi level 10.

"K-kamu...?"

"Lee hyunsung-ssi pasti menerima tawaran dari kelompok arus utama tetapi kamu tidak menerimanya."

"Ah, itu..." Secara objektif, kekuatan tempur Lee Hyunsung lebih tinggi dari Bang Cheolsoo. Tidak mungkin Cheon Inho tidak mengincarnya. "Aku tidak bisa menjelaskannya tapi aku merasa aku tidak boleh menerima tawaran mereka. Aku tidak tahu banyak tentang moral atau etika tapi..." Lee Hyunsung menggaruk kepalanya seolah dia malu. "Aku merasa ada yang tidak beres."

Itu jawaban yang ragu-ragu tapi aku merasa itu benar. Memang, Lee Hyunsung adalah Lee Hyunsung.

"Jangan lupakan hati ini."

Dengan begitu, aku bisa terus percaya padanya. Aku mendengar suara lucu dari suatu tempat lalu melihat ke belakang. Ada Yoo Sangah dan Lee Gilyoung yang menatapku, wajah mereka seperti bayi burung yang menunggu induknya, membuatku tertawa.

"Aku jadi ingat, bukankah ini sudah malam hari. Apa kalian tidak merasa lapar? Ambil ini." Aku menyerahkan makanan dari kantong plastik satu per satu kepada mereka.

"Ah. Benarkah? Kami boleh menerimanya?"

"Untuk saat ini gratis. Tapi lain kali, kalian harus membayarnya."

"Hah? B-berapa harganya…?"

"Apa kalian tidak punya koin? Ini seharga 10 koin untuk satu makanan."

"I-Itu..."

Kebingungan memenuhi wajah Yoo Sangah dan Lee Hyunsung. Mereka tampak seperti tidak mengharapkan kata-kataku.

"Tentu saja. Aku akan membayar sekarang. Aku tidak butuh yang gratis." Anehnya, yang menjawab malah sosok wanita yang sedang berbaring di bangku. Wanita itu telah sadar dari pingsannya. "Aku Jung Heewon. Terima kasih atas bantuanmu tadi pagi."

"Itu bukan apa-apa."

"Yoo Sangah-ssi, Lee Hyunsung-ssi. Kalian semua, tolong sadarlah. Bukan saatnya untuk membuat tampang bingung seperti itu. Makanan ini, dia mendapatkannya dengan mempertaruhkan nyawanya. Apa kalian masih berharap mendapatkan makanan secara gratis?" Hampir tidak ada ekspresi di wajah Heewon saat berbicara tanpa ragu-ragu.

"Ah..." Wajah Yoo Sangah memerah. "Sepertinya aku terlalu picik, maafkan aku. Tentu saja aku harus membayar untuk makanan ini. Aku juga tidak suka yang gratis. Aku benci bergantung pada orang lain."

"Aku setuju dengan Yoo Sangah-ssi. Aku akan membayar koin mulai sekarang."

Aku sedikit terkejut dengan reaksi yang tidak terduga. Memang, hanya karena ini adalah akhir dunia tidak berarti hanya ada satu tipe orang. Aku menjawab, "Jika kalian bersikeras, baiklah, aku mengerti. Apa kalian semua tahu cara menukar koin?"

"Ya. Aku belajar beberapa hari yang lalu. Saling menyentuh jari telunjuk, um, lalu..."

"Katakan saja berapa banyak koin yang ingin kamu tukarkan."

Mulai dari Jung Heewon, Yoo Sangah hingga Lee Hyunsung membayar 10 koin untuk ditukarkan dengan makanan. Untung saja perlawanan mereka tidak sebesar yang kukira. Aku tidak melakukan ini untuk mendapatkan beberapa koin. Pada awalnya, mereka mungkin berpikir ini agak kasar tetapi mereka akan segera menyadari bahwa keputusanku tepat.


['Lee Gilyoung' telah membayarmu 20 koin.]


"Hah? Kamu memberiku lebih dari 10 koin?"

"Itu untuk harga sebatang coklat di siang hari."

Ekspresi Lee Gilyoung saat berbicara cukup bagus. Mungkin yang cepat beradaptasi dengan dunia baru bukanlah orang dewasa, melainkan anak-anak. Lebih mudah bagi anak-anak untuk menghadapi akal sehat mereka.

"Apa Dokja-ssi akan tetap tinggal bersama kita?"

"Ah, itu..."

"Dokja-ssi." Bukan Lee Hyunsung yang memanggilku. Aku menoleh ke belakang dan menemukan Cheon Inho dari kelompok arus utama. Ya, aku tahu dia akan segera datang kembali.

"Boleh aku bicara denganmu sebentar?"

Bang Cheolsoo yang kehilangan beberapa gigi, memelototiku dari belakang Cheon Inho. Pria ompong itu menatapku sebelum memalingkan wajahnya, Bang Cheolsoo memang orang yang bodoh.

"Oke, mari kita bicara."

Aku mengangguk, sementara Cheon Inho tampak puas. "Kalau begitu bisakah kalian meninggalkan tempat ini sebentar? Aku ingin berbicara berdua saja dengan Dokja-ssi."

"Ah, itu..."

"Tidak, kalian tidak harus pergi. Kalian tetap disini dan boleh mendengarkan percakapan kami."

Mata Cheon Inho berkedut mendengar kata-kataku. Lee Hyunsung langsung berhenti saat hendak bergegas pergi.

"Hmmm, begitu? Yah... Apa boleh buat."

Cheon Inho bertindak seolah-olah orang-orang bebas untuk mendengarkan. Cheon Inho menyeka bangku, kemudian duduk. Seorang pria dari Grup Cheoldoo muncul di kedua sisi lalu memberinya sebatang rokok dan korek api, sepertinya Cheon Inho terlalu banyak menonton film. 

"Kamu tampaknya memiliki sifat yang tidak menyukai hal-hal yang rumit, jadi aku akan langsung ke intinya."

"Ya."

"Bergabunglah dengan grup kami."

 Itu adalah tawaran yang sudah kuduga.

 "Aku dapat menawarkan Dokja-ssi posisi tinggi di grup kami. Aku ingin memimpin grup ini bersamamu."

"Kenapa harus aku?"

"Bukankah kamu seharusnya sudah tahu alasannya?" Cheon Inho melirik ke arah anggota Grup Cheoldoo yang terluka. "Dokja-ssi adalah pahlawan yang menyelamatkan orang-orang dari monster. Seorang pahlawan memang seharusnya berada di tempat ini."

Itu adalah cara berpikir yang menarik. Yah, Cheon Inho akan memanfaatkan kehadiranku.

"Bagaimana jika aku menolak?"

"Menolak? Menarik sekali. Aku tidak pernah memikirkan itu." Cheon Inho meniupkan asap rokok ke arahku. "Dokja-ssi, ini bukan tawaran. Kamu punya kewajiban untuk melakukan ini. Tidak bisakah kamu melihat orang-orang miskin itu?"

Orang-orang melihat ke arah kami dengan wajah berantakan. Ada anak-anak yang menangis, juga orang tua yang lelah.

"Ini bukan masalah besar. Aku hanya memintamu bekerja sama untuk bertahan hidup. Dokja-ssi, bukankah kamu memiliki kekuatan?"

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan?"

"Aku butuh seseorang untuk menjadi pembunuh bayaran." 

Pembunuh bayaran?

"Beberapa hari yang lalu, ada orang lain yang melakukan pekerjaan itu. Dia membawa makanan dan berburu sendirian di terowongan. Tepatnya, kami menawarkan posisi itu kepadanya secara sepihak."

Aku tidak perlu bertanya. Itu jelas adalah Yoo Jonghyuk.

"Tapi pria itu tiba-tiba pergi tadi malam."

"Jadi kamu butuh seseorang untuk menggantikannya?"

"Kurasa kekuatanmu terbukti saat melawan Cheolsoo-ssi."

Mata Lee Hyunsung dan Jung Heewon melebar. Mereka memperhatikan apa yang sedang terjadi.

"Ini bukan hal yang buruk untuk Dokja-ssi. Kamu adalah pahlawan rakyat dan akan menjadi pemimpin kelompok bersama kami. Semua orang akan menyukaimu, dan..."

Aku menyela ucapannya, "Maaf tapi aku tidak bisa bertanggung jawab atas siapapun. Aku juga tidak ingin bergabung dengan grupmu."

"Hmn... Begitu, yah?"

"Dan dari semua itu, caramu menjalankan grup tidak cocok untukku."

Aku melihat antara anggota 'kelompok arus utama' yang sehat dan anggota 'kelompok terpinggirkan' yang terlihat sakit-sakitan, serta tatapan Jung Heewon kepada Cheon Inho seolah-olah pria itu adalah musuh bebuyutannya.

"Baiklah, tidak apa-apa. Namun, jika kamu berubah pikiran, kembalilah kapan saja."

"Itu tidak akan terjadi."

"Haha, kita lihat saja nanti situasinya."

Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui apa maksud dari kata-kata Cheon Inho. Saat anggota Grup Cheoldoo mundur, anggota grup lainnya mendekat seolah-olah mereka telah menunggu. Itu adalah orang-orang dari kelompok yang terpinggirkan. Mereka menatapku sambil bergumam.

"Hei, apa rumor itu benar?"

"Apa kamu benar-benar memonopoli makanan?"

"Apa kamu akan memakan semuanya ketika ada cukup banyak makanan untuk dibagikan kepada semua orang?"

"Kita semua tinggal disini, kenapa hanya kamu yang memilikinya?"

"Serahkan makanan pada Inho-ssi! Dia akan membagikannya dengan adil!"

Aku tahu apa yang sedang terjadi. Aku bisa melihat senyuman licik Cheon Inho di belakang orang-orang ini. Bibirnya seolah bergerak, 'pilihlah.'

Akankah aku memberi orang-orang ini makanan dan menjadi pahlawan mereka? Atau aku akan menjadi penjahat yang memonopoli makanan sendirian? Jika aku memilih untuk menjadi pahlawan, aku akan jatuh ke dalam permainan Cheon Inho. Setelah membagikan makanan, aku harus berburu bersama anggota kelompok hingga suatu hari nanti akan ditusuk

dari belakang. Di sisi lain, aku akan dibenci orang-orang dalam sekejap jika aku memonopoli makanan sendirian.


[Mata beberapa rasi bintang bersinar.]

[Rasi bintang 'Plotter Rahasia' mendengus.]


Saat orang-orang mulai memanas, Cheon Inho maju ke depan.

"Ahh, semuanya. Tenang. Sepertinya ada kesalahpahaman. Kim Dokja-ssi bukan orang seperti itu." 

Apa ini? Sebuah umpan? 

"Kim Dokja-ssi memutuskan untuk bergabung bersama kami. Makanan yang dia bawa hari ini akan diserahkan kepada kelompok arus utama dan akan dibagikan secara adil. Dia juga berjanji untuk terus bekerja―"

Tentu saja, Cheon Inho sangat percaya diri bahwa aku akan menerima tawarannya. Terlalu sulit untuk mendengarkan omong kosongnya lagi.

"Berhenti."

Aku khawatir tentang hal ini untuk sesaat. Apa yang akan dilakukan Yoo Jonghyuk jika mengalami hal seperti ini? Jawabannya adalah Yoo Jonghyuk tidak ada disini sekarang. Ya, aku bukanlah Yoo Jonghyuk.

"Tentu saja aku akan membagikan makanan." Aku melihat bibir Cheon Inho melengkung ke atas. Tetapi orang-orang ini harus mendengarkan sampai akhir. "Namun, itu tidak gratis."

Tidak seperti Yoo Jonghyuk, aku tidak akan membuang segalanya untuk terus maju. Aku juga tidak akan bertanggung jawab untuk semua orang. Makanan akan aku bagikan tetapi tidak gratis. Orang-orang bingung seolah-olah mereka tidak mengerti ucapanku.

"T-Tunggu sebentar! Itu tidak gratis?"

"Biar kuberitahu. Aku tidak bermaksud memonopoli makanan, tapi aku tidak berniat memberikan makanan kepada Grup Cheon Inho. Aku bukan UNICEF dan juga aku tidak mempercayai mereka." Aku tersenyum pada Cheon Inho. "Aku akan membuat kesepakatan dengan kalian. Aku akan menjual makanan dengan harga yang pantas."

"M-menjual?"

"Apa…?"

"Eh, butuh berapa uang...?"

Dari kejauhan, aku bisa melihat wajah Cheon Inho menegang. Aku tertawa saat melihatnya.

"Tidak, aku hanya menerima koin."

* * *

Setelah beberapa saat, hanya orang-orang dalam kelompok terpinggirkan yang memiliki hubungan denganku yang kembali.

"Itu... D-Dokja-ssi. Apa ini keputusan yang tepat?"

"Sheesh, apa ada yang gratis dalam hidup ini? Dokja-ssi, kamu mengatakannya dengan baik. Aku jadi merasa lega." Jung Heewon menepis kekhawatiran Lee Hyunsung. Setelah aku mengumumkan deklarasi 'dagang', banyak warga yang berpaling dariku. Mungkin mereka kecewa.

"Aku setuju dengan Heewon-ssi. Orang-orang disini terlalu jinak kepada kelompok arus utama."

"Benar. Anak-anak bajingan itu… Stasiun Geumho saat ini ada di telapak tangan mereka. Orang-orang diperlakukan seperti ternak dan terkadang dibawa ke tempat sepi. Sama sepertiku, tadi pagi."

Tubuh Jung Heewon bergetar. Sebenarnya, bukan aku yang memonopoli makanan, justru kelompok arus utama yang melakukan itu. Mereka memonopoli makanan dengan dalih 'distribusi yang adil' dan memberikannya kepada orang-orang yang dijinakkan. Manusia menjadi orang terlemah ketika mereka percaya kepada seseorang yang melindungi mereka. Begitu otoritas didirikan dalam hubungan sepihak, orang-orang mulai bergantung pada mereka.

"Aku setuju. Itu sebabnya aku percaya bahwa deklarasi Dokja-ssi hari ini sangat berarti. Orang-orang harus memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu sendiri. Namun..." Lee Hyunsung melihat ke arah makanan. "Bahkan tidak ada satupun yang terjual. 50 koin untuk satu makanan, bukankah harganya terlalu mahal? Kenapa kamu tidak memberi harga 10 koin seperti yang kamu lakukan pada kami tadi...?"

Tidak masuk akal untuk berpikir begitu. Orang-orang sedang memperhatikan kelompok arus utama dan tidak menunjukkan tanda-tanda melihat ke arah sini. Orang-orang itu masih membutuhkan waktu. Aku menjawab dengan tenang, "Mari kita tunggu sebentar lagi."

Kemudian malam tiba. Suara monster raksasa sekilas terdengar dari atas tanah, serta suara orang-orang yang mengalami mimpi buruk. Lee Gilyoung dan Yoo Sangah tertidur lebih dulu sementara Jung Heewon juga ikut tertidur.

Lee Hyunsung berkata, "Dokja-ssi harus tidur juga. Aku akan berjaga-jaga."

"Tidak, tidak apa-apa. Lee Hyunsung-ssi bisa tidur duluan."

"Tapi kamu akan lelah."

"Ada sesuatu yang harus aku kerjakan."

"Sesuatu yang harus dikerjakan?"

Aku menunjuk ke belakang Lee Hyunsung. Terlihat bayangan orang, anehnya itu bukan hanya satu orang.

"Emm... apa kamu masih menjual makanan?"

Akhirnya, orang-orang mulai bergerak.


Daftar Chapter

Sebelumnya | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar