(WN) Omniscient Reader’s Viewpoint - Chapter 4

Update Minggu, 08/05/22


Translator: Irina Aoi


Editor: Yumeko



Chapter 4 : Episode 1 - Memulai Layanan Berbayar (Part 3)


Orang-orang mulai bereaksi berbeda setelah dokkaebi menghilang dari gerbong. Beberapa orang mencoba keluar dari kereta sementara yang lain memanggil polisi. Yoo Sangah termasuk dalam kelompok yang terakhir. "Polisi, mengapa polisi tidak mengangkat telepon! A-apa yang harus aku..."

“Tenanglah, Yoo Sangah-ssi,” ucapku sambil menatap lurus ke mata Yoo Sangah yang tidak fokus. "Yoo Sangah-ssi. Apa kamu pernah memainkan game yang dibuat oleh tim pengembang? Sebuah game dimana dunia dihancurkan dan hanya beberapa orang yang bertahan."

"Hah? Apa yang kamu katakan-..."

"Pikirkan tentang itu. Kita sedang dalam game sekarang."

Yoo Sangah diam-diam menjilat bibirnya. "Sebuah game..."

"Sederhana saja. Jangan ragu untuk melakukan apa yang aku katakan. Mengerti?"

"M-Mengerti. Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Tetap tenang."

Akhirnya, aku pelan-pelan mengatur pernapasanku. Aku juga membutuhkan waktu untuk menerima semua ini dengan baik.

[Three Ways to Survive a Ruined Word]

Deskripsi cerita yang hanya ada di novel sekarang terbentang tepat di depan mataku.

[Dokkaebi merentangkan antenanya.]

[Mayat-mayat berserakan seperti sampah di gerbong.]

[Pekerja kantoran gemetar kesakitan karena berlumuran darah.]

[Seorang wanita tua mengerang di kursinya.]

Aku memperhatikan setiap adegan dengan seksama, layaknya karakter Neo di film The Matrix yang mencurigai kenyataan. Mengamati, mempertanyakan, dan akhirnya diyakinkan... Aku harus mengakuinya. Aku tidak tahu mengapa ini bisa terjadi, tetapi tidak ada sedikit keraguan tentang itu. Novel 'Ways Of Survival' telah menjadi kenyataan.

Biarkan aku berpikir, "Bagaimana aku harus bertahan hidup di dunia baru ini?"

"Ayo, semuanya! Harap tenang. Mulailah bernapas dengan tenang." Seseorang melangkah maju tepat lima menit setelah dokkaebi menghilang. Dia adalah pria kekar dengan rambut cepak, satu kepala lebih tinggi dari tinggi rata-rata.

"Apa kalian sudah agak tenang? Tolong hentikan tindakan kalian dan perhatikan kesini sebentar."

Orang-orang yang menangis atau menelepon berhenti gelisah. Begitu mata semua orang tertuju padanya, pria besar itu membuka mulutnya lagi, "Seperti yang kalian tahu, jika terjadi bencana nasional, gangguan kecil dapat menyebabkan korban jiwa yang besar. Itu sebabnya aku sekarang yang akan mengendalikan situasi."

"Apa? Siapa kamu?"

"Situasi bencana nasional? Apa maksudmu?"

Beberapa orang terlambat pulih dan sangat menentang 'dikendalikan'. Kemudian pemuda itu mengeluarkan kartu resmi pemerintah dari dompetnya. "Aku adalah seorang letnan tentara yang bertugas di unit 6502."

Wajah beberapa orang menjadi lega. "Seorang prajurit, dia adalah seorang prajurit."

Namun, masih terlalu dini untuk merasa lega.

"Aku baru saja menerima pesan dari unitku."

Orang-orang kemudian berkumpul di depan ponsel tentara itu. Aku dapat membaca isinya tanpa kesulitan karena aku berada di dekatnya.

-Situasi bencana nasional tingkat 1 telah terjadi. Semua pasukan diharapkan berkumpul dengan cepat.

Aku bisa mendengar suara tegukan di sekitarku. Ini adalah situasi bencana nasional. Aku tidak terkejut karena sudah mengharapkan ini. Sebenarnya, aku justru terkejut karena hal lain. Letnan tentara Lee Hyunsung... 'Lee Hyunsung' itu rupanya adalah pria ini. Aku tahu siapa dia. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya, tetapi namanya tergiang jelas di ingatanku. Dia adalah salah satu karakter pendukung utama dalam novel Ways of Survival.

[Pedang Baja Lee Hyunsung.]

Sebuah karakter dari novel telah muncul. Sekarang aku benar-benar harus mengakui situasi dalam novel telah menjadi nyata.

"Prajurit-nim! Apa yang terjadi?"

('nim' panggilan formal terhomat untuk seseorang)

"Aku sudah mencoba menghubungi unitku, tapi..."

"Blue House! Apa yang dilakukan Blue House? Tolong hubungi Presiden secepatnya!"

(Blue House--merupakan kediaman resmi istana kepresidenan Korea.)

"Maaf. Aku hanya seorang prajurit biasa dan tidak memiliki koneksi ke Blue House." Lee Hyunsung menjelaskan.

"Lalu mengapa kamu mencoba mengambil kendali?"

"Ini demi keselamatan semua warga negara..." Saat Lee Hyunsung dengan tenang menjawab pertanyaan absurd itu, aku menyadari bahwa deskripsi cerita dalam novel memang tidak salah. Namun, apa memang Lee Hyunsung awal munculnya seperti ini? Saat memikirkan pertanyaan rumit ini, aku punya firasat aneh. Sebagai satu-satunya pembaca novel Ways of Survival, aku dapat meyakinkan bahwa kemunculan pertama Lee Hyunsung bukanlah seperti ini. Titik dimana dia muncul dalam novel adalah diakhir skenario pertama.

... Lalu situasi apa ini. Pikiranku menjadi bingung. Aku akan tahu lebih jelas jika aku bisa membaca novel Ways of Survival sekali lagi.

"Lihat... Perdana menteri sedang berpidato! Ini benar-benar bencana tingkat satu!"

Semua orang mulai menyalakan ponsel mereka. Yoo Sangah memutar layarnya ke arahku,"...Dokja-ssi, lihat ini."

Tidak perlu memasukkan kata kunci pencarian, karena hasil pertama untuk semua situs internet adalah 'Pidato Perdana Menteri.' Tentu saja, aku sudah tahu isi videonya.

-Untuk semua wargaku, teroris tak dikenal saat ini sedang aktif disejumlah wilayah yang tidak ditentukan, termasuk Seoul (Ibukota Korea Selatan).

Isi pidatonya sederhana. Pemerintah saat ini akan mengerahkan segala cara dan metode untuk memerangi teroris, dan tidak akan melakukan negosiasi apapun. Jadi, setiap orang harus percaya diri untuk tetap melanjutkan hidup mereka...

Aku tidak terlalu memikirkan hal itu saat membaca novelnya, tetapi sekarang aku sedikit terkejut mendengar kata-kata Perdana Menteri. Terorisme... Ya, mungkin itu akan lebih baik.

"Tapi dimana Presiden? Mengapa Perdana Menteri yang berpidato?"

"Presiden sudah dibunuh"

"Apa? Benarkah?"

"Aku tidak yakin. Itu dari komentar Naver..."

(Naver--semacam situs website Korea)

"Sial, berarti itu palsu!"

Tentu saja, aku tahu itu bukan komentar palsu.

"Uwaaaaaaa! Apa?"

Orang-orang bersamaan menjatuhkan ponsel mereka saat suara tembakan terdengar dimana-mana. Itu berasal dari masing-masing ponsel. Chiiiik... Ada suara keras, dan darah memenuhi layar. Setelah beberapa saat, orang-orang dalam kereta menahan napas ketika menyadari apa yang telah terjadi.

"P-Perdana Menteri..."

Perdana menteri telah meninggal. Kepalanya telah diledakkan secara real-time. Ada beberapa suara lagi seperti suara tembakan sebelum layar menjadi hening. Hal berikutnya yang muncul di layar adalah dokkaebi.

[Semuanya, aku sudah memberitahu kalian. Ini bukan game semacam 'terorisme.']

Orang-orang kehilangan kata-kata saat mulut mereka menganga seperti ikan mas bodoh.

[Apa kalian masih tidak mengerti? Ini tidak akan berhasil. Apa kalian masih merasa ini adalah sebuah game?]

Rasanya sangat tidak mengenakkan untuk didengar karena nada suara dokkaebi begitu santai. Tanpa sadar, aku mengepalkan kedua tanganku.

[Haha, menurut data, orang-orang di negara ini sangat pandai bermain game. Jadi, mengapa aku tidak mencoba menaikkan tingkat kesulitannya?]

Bip. Sebuah timer besar muncul di udara. Pada saat yang sama, menit timernya mulai menurun dengan cepat.

[Waktu yang tersisa telah berkurang 10 menit.]

[Tersisa 10 menit lagi.]

[Jika pembunuhan pertama tidak terjadi dalam lima menit kedepan, semua orang yang hidup di kereta ini akan mati.]

"A-Apa? Apa ini lelucon?"

"Apa kamu tidak mendengar kata-katanya barusan? Hei, tidakkah kamu mendengarnya?"

"Prajurit-nim! Apa yang akan kita lakukan sekarang? Mengapa polisi tidak datang?"

"Semuanya, tenang dan dengarkan aku..."

Kata-kata dokkaebi menyebabkan situasi di kereta menjadi sangat kacau sehingga Lee Hyunsung tidak dapat memperbaikinya. Aku bisa merasakan Yoo Sangah mencengkeram kerahku dengan erat. Tetap saja, aku tidak bisa berhenti memikirkan ketidaksesuaian isi novel dengan situasi sekarang ini. Lee Hyunsung, karakter pendukung, telah muncul. Jadi, mengapa 'pria itu' tidak muncul? Menurut apa yang aku tahu, aku seharusnya sudah melihatnya sekarang.

"A-Ada pembunuhan di belakang sana!"

Sebuah pemandangan dari gerbong 3907 dapat dilihat melalui jendela lorong. Warna kulit pembunuh di gerbong itu putih pucat.

"Kita harus menahan mereka! Jangan biarkan siapapun masuk!"

Orang-orang berpegangan erat pada pintu besi, tapi itu tidak perlu. Musuh tidak ada di sana sejak awal.

[Semua jenis akses ke kereta akan dibatasi hingga skenario selesai.]

Bersamaan dengan pesan ini, orang-orang terlempar ke belakang dari pintu besi seperti mereka menabrak penghalang transparan.

"A-Apa ini?"

Sekali lagi, suara dokkaebi terdengar. 

[Haha, ada beberapa tempat yang cukup menyenangkan untuk dilihat, sementara tempat lain belum memulai sama sekali. Oke, anggap saja ini adalah layanan khusus. Aku akan menunjukkan kepada kalian apa yang akan terjadi jika kalian tidak memenuhi skenario utama dalam lima menit kedepan.]

Layar raksasa muncul di dalam kereta bawah tanah. Pemandangan yang muncul di layar adalah ruangan kelas. Terlihat gadis-gadis berseragam sekolah biru laut gemetaran. Seorang anak laki-laki menggigit kukunya dan bergumam, "Apa itu seragam sekolah Daepong?"

Bip bip bip bip....

Terdengar bunyi bip yang tidak menyenangkan. Kemudian gadis-gadis SMA mulai berteriak.

[Batas waktu yang diberikan telah habis.]

[Penyelesaian layanan berbayar akan dimulai.]

Setelah pengumuman berakhir, kepala seorang gadis SMA yang duduk di barisan depan meledak. Satu per satu, satu per satu lagi... Semakin banyak kepala yang meledak. Para gadis SMA berteriak dan berlarian menuju pintu atau jendela kelas.

"Ahh, eh, bagaimana bisa..."

Alat pembersih telah rusak dan paku juga telah dicabut, tetapi pintunya tetap tidak bisa terbuka. Tidak ada yang bisa keluar. Kepala gadis-gadis itu terus diledakkan. Kemudian ada seorang gadis SMA yang mencekik temannya sampai meninggal. Setelah beberapa saat, satu-satunya yang tersisa di layar adalah gadis terakhir yang melihat sekeliling--dia adalah gadis yang membunuh temannya sendiri.

[Saluran #Bay-23515. SMA Putri Daepong, Kelas B yang selamat dari Kelas 2: Lee Jihye.]

Sosok gadis di layar menghilang. Kemudian dokkaebi berkata, [Bagaimana? Menarik bukan?]

Dokkaebi berbicara sambil tersenyum, tetapi orang-orang tidak melihat ke layar lagi. Orang-orang dalam kereta yang melakukan kontak mata secara bertahap menjauhi satu sama lain.

"Sial! Apa ini?"

Bahkan Yoo Sangah melepaskan pegangannya padaku. Namun, dia tidak menjauh dariku. Kedua tanganku bebas, kemudian aku menyalakan ponselku. Mengapa 'pria itu' masih belum muncul? Ada informasi yang aku tahu dari novel dan ada juga informasi yang aku tidak tahu. Satu-satunya cara untuk mengatasi situasi ini adalah dengan membaca novel Ways of Survival lagi. 

Namun, dimana lagi aku bisa menemukan novel itu? Novel itu tidak cukup populer untuk dibagikan secara ilegal... Tidak, tunggu sebentar.

[1 lampiran.] 

Aku tertegun sejenak saat melihat notifikasi di layar ponselku. Tidak... Mungkin? 

Aku menjadi bingung saat membuka lampiran surat. Nama lampiran yang dikirimkan oleh penulis adalah: 

[Three Ways to Survive in a Ruined World.txt]


Daftar Chapter

Sebelumnya |Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar