(WN) Omniscient Reader’s Viewpoint - Chapter 5

Update Selasa, 10/05/22


Translator: Irina Aoi


Editor: Yumeko



Chapter 5 : Episode 1 – Memulai Layanan Berbayar (Part 4)


Tawa mendadak muncul. Aku harus menjernihkan mata dan melihat sekali lagi untuk memastikan apakah ini sungguhan. Lampiran filenya adalah file txt. Maka ini berarti penulis... Hadiah yang penulis kirimkan padaku adalah salinan novelnya?

[Kamu telah mendapatkan atribut eksklusif.]

[Slot keahlian eksklusif telah diaktifkan.]

Aku dapat mendengar pesan berbunyi di telingaku setelah membuka file txtnya. Sudah tidak mengherankan lagi jika dunia ini ikut berubah menjadi seperti novel 'Ways Of Survival'. Semua orang yang bertahan hidup di Ways of Survival memiliki atribut dan keahlian eksklusif masing-masing. Aku diam-diam mengucapkan 'Jendela Atribut' dalam pikiranku. Lagipula, aku perlu mengetahui atribut apa yang telah kuterima.

[Kamu tidak dapat mengaktifkan Jendela Atribut.]

Apa? Aku sekali lagi mencoba menyebut 'Jendela Atribut', tetapi hasilnya sama. Itu tidak masuk akal. Aku berpikir, memang ada kejadian seperti ini? Jika aku tidak bisa menggunakan Jendela Atribut, maka aku tidak akan tahu atribut atau keahlian apa yang kumiliki. Mengetahui atribut atau keahlian diri sendiri dan musuh memungkinkan seseorang menjadi tak terkalahkan. Namun, ini adalah situasi dimana aku bahkan tidak mengetahui atribut milikku sendiri, apalagi musuh.

Setelah selesai menatap ke arah luar untuk beberapa waktu, aku menyerah dan memutuskan membaca file txt yang diberikan penulis kepadaku.

[Kecepatan membacamu meningkat karena efek dari atribut eksklusif yang kamu miliki.]

Aku tidak tahu apa atributku, tetapi aku hanya perlu waktu kurang dari semenit untuk membaca bab pertama Ways of Survival berkat efek atributnya. Kemudian aku menemukannya. Tempat dimana jariku berhenti adalah di bagian awal cerita, dimana karakter utama melakukan beberapa adegan 'aksi' di kereta bawah tanah.

[Pria itu melihat orang-orang berkumpul di pintu belakang gerbong 3707. Roda pemantik api yang dipegang erat-erat di tangannya terasa dingin. Dalam kehidupan ini, dia benar-benar tidak bisa membuat kesalahan. Pria itu akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Ekspresi ketakutan terlihat di wajah orang-orang dalam kereta…

[Pria itu tidak merasa bersalah. Semuanya berlalu begitu saja. Dia menatap orang-orang dengan tatapan tanpa ampun. Setelah beberapa saat, ujung jarinya bergerak, lalu api menyala. Kemudian semuanya dimulai.]

Rasa dingin menjalari tulang punggungku ... aku membaca bagian itu lagi dan lagi. Ini adalah alasan mengapa firasatku tidak enak.

"...3707."

Aku secara refleks memeriksa nomor gerbong yang aku tumpangi—3807. Gerbong kereta tempatku berada sekarang tepat di belakang gerbong yang ditunggangi karakter utama dalam novel Ways Of Survival. Tanganku menjadi sedikit gemetaran.

… Tunggu sebentar. Berapa orang yang awalnya selamat di kereta ini?

[Pria itu melihat melalui jendela buram dari gerbong 3807. Sudah terlambat. Itu tak terelakkan. Bagaimanapun juga, hanya dua orang yang selamat di gerbong itu.]

Benar. Hanya dua orang yang selamat. Itu berarti semua orang telah mati kecuali dua orang tersebut. Dan aku sudah tahu siapa kedua orang itu. Aku mengangkat kepalaku dan menatap kosong ke arah Yoo Sangah. Mungkin wanita ini akan mati.

Dan… Aku juga akan mati.

"Dokja-ssi, bukankah kita harus menghentikan dia?" Terdengar suara rintihan dari arah yang ditunjukkan Yoo Sangah.

Seorang pria muda berjongkok di depan wanita tua. "Sial. Aku sedang dalam suasana hati yang buruk, dan wanita tua ini terus merengek dan mengerang! Tidak bisakah kamu diam?"

Pemuda itu adalah seorang siswa laki-laki yang sedang bersandar di pintu masuk. Dia bertubuh kurus dan rambutnya dicat putih. Namanya tertulis di papan perekat yang melekat pada seragam sekolahnya—Kim Namwoon. Itu adalah nama yang aku tahu di novel.

Hanya Lee Hyunsung dan Kim Namwoon yang selamat di kereta bawah tanah. Tidak masalah. Mereka adalah satu-satunya yang aku butuhkan.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk diam?" Kim Namwoon yang gelisah meraih kerah sang nenek. Kaki nenek yang tak berdaya menjadi terhuyung-huyung. Telapak tangan Kim Namwoon bergerak melayang di udara.

Plakk... Kim Namwoon menampar nenek itu.

Pada kondisi normal, seseorang akan berlari untuk menghentikan ini, tetapi sekarang tidak ada yang bergerak. Tidak lama kemudian tamparan Kim Namwoon berubah menjadi pukulan.

"S-Selamatkan aku. Tolong selamatkan aku...!"

Aku bisa mendengar suara tinju keras mengenai daging. Beberapa pria di sekitar Kim Namwoon ragu-ragu, tetapi tidak ada dari mereka yang ingin maju. Anehnya, orang pertama yang bertindak adalah Han Myungoh. "Hei anak muda, tidak sopan bagimu memperlakukan orang yang lebih tua seperti ini...!"

Namun, yang Han Myungoh dapatkan sebagai jawaban malah cemoohan, "Tuan, apa kamu ingin mati?"

"… Apa?"

"Kamu masih tidak mengerti situasinya?"

"Omong kosong apa yang dikatakan bocah ini?"

Kim Namwoon tertawa mendengar umpatan Han Myungoh. Dia menunjuk ke arah langit-langit kereta dengan jarinya.

"Tidak bisakah kamu melihat itu?"

Di langit-langit kereta, layar holografik diputar.

[L-Lepaskan aku!]

[Aaaaaaak!]

[Mati! Mati!]

Bukan hanya gerbong kereta atau SMA Daepong. Itu adalah video siaran langsung orang-orang sekarat di seluruh negeri. Kim Namwoon melanjutkan, "Kamu masih tidak mengerti? Pemerintah tidak akan datang untuk menyelamatkan kita, sebagai gantinya seseorang harus mati."

"A-Apa yang kamu katakan...?"

"Kita harus memilih seseorang untuk dibunuh." Han Myungoh tidak bisa menjawab. Bulu-bulu di pergelangan tangannya yang terbuka berdiri. "Tentu saja, aku tahu apa yang kamu pikirkan. kamu harus membunuh rekan senegara untuk tetap hidup. Itu adalah sesuatu yang hanya akan dilakukan oleh bajingan. Tapi kamu tahu, ini adalah situasi di luar kendali kita. Ingat diluar kendali kita. Kita akan mati jika kita tidak membunuh. Siapa yang akan menyalahkan kita? Apa kamu mau mati karena rasa moralmu sendiri?"

"I-Itu ..."

"Pikirkan baik-baik. Dunia yang kamu kenal sejauh ini baru saja berakhir."

Bahu Han Myungoh bergetar. Bukan hanya Han Myungoh. Getaran itu juga terlihat di mata orang lain yang hadir. Adegan dimana rasa moralitas mereka yang samar-samar runtuh. Kim Namwoon membuat retakan di celah itu.

"Dunia baru membutuhkan hukum baru."

Kim Namwoon adalah karakter yang paling cepat beradaptasi dengan dunia Ways of Survival. Dia berbalik dan kembali meninju sang nenek. Kali ini, tidak ada yang menghentikannya—bukan Han Myungoh, pria lain… atau bahkan Lee Hyunsung. Kepalan tinju Lee Hyunsung gemetar saat dia menatap ke langit-langit kereta dengan ekspresi yang hilang. Mungkin pria tentara itu juga telah membuat keputusan.

"Ugh... Ternyata sulit juga untuk membunuh seseorang. Apa yang kalian lakukan? Hanya akan menonton saja? Apa kalian ingin tertinggal?"

Orang-orang gemetar mendengar kata-kata Kim Namwoon. Ekspresi wajah mereka mudah dibaca seperti kalimat dalam novel murahan.

Jika tidak ada pembunuhan dalam lima menit, semua orang di dalam kereta ini akan mati.

Emosi di mata orang-orang berubah.

Jika nenek tidak mati, kita akan mati dalam lima menit...

Mereka sekarang memegang emosi paling primitif yang dimiliki makhluk hidup.

"Ya... Bajingan ini benar. Jika kita tidak melakukan ini, semua orang akan mati."

Pria pertama bergegas menuju Kim Namwoon. Dia ikut menendang nenek yang meringkuk pingsan.

"Apa kamu lupa? Seseorang harus mati! Agar kita bisa hidup!"

"Ah, sial... Entahlah."

Orang kedua dan ketiga, orang-orang yang berdiri agak jauh dari nenek, para pria pengecut yang berdiam diri lama-lama, mahasiswa yang merekam kejadian ini dengan ponselnya, Ibu dari anak kecil itu, dan Han Myungoh… Mereka semua menghukum mati sang nenek, bertujuan untuk membunuhnya.

"Mati! Cepat mati!"

Mereka seperti penjaga yang bekerja untuk melakukan hukuman mati pada tahanan. Layaknya penjaga yang menarik tuas secara bersamaan sehingga tidak ada yang tahu siapa yang membunuh tahanan, orang-orang ini secara pasif menendang dan meninju nenek.

…Dan aku sedang menyaksikan semua itu. Aku berdiri, seperti seseorang yang sedang melihat sesuatu yang terjadi di dunia lain. Sang nenek yang namanya tidak kuketahui adalah seseorang yang tidak ditakdirkan untuk hidup. Dalam skenario aslinya, nenek itu meninggal. Jadi… Bukanlah dosa untuk mengamati kematiannya.

Pada saat itu, Yoo Sangah bangkit.

"Kamu akan dibunuh." Aku menahan Yoo Sangah secara refleks. "Aku bilang jangan bergerak."

Tangan wanita yang kupegang gemetar. Yoo Sangah mengepalkan tinju untuk menyembunyikan gemetarannya. "Aku tahu, aku tahu…!"

"Yoo Sangah-ssi, kamu akan mati jika kamu pergi sekarang."

Mata Yoo Sangah bergetar ketakutan. Meski begitu… Aku menyadarinya. Meskipun genre cerita berubah, beberapa orang masih tetap bersinar terang.

"Yoo Sangah-ssi, duduklah."

Namun, orang yang bisa mengubah cerita ini bukanlah Yoo Sangah. Yoo Sangah bukanlah karakter utama di dunia Ways Of Survival.

"Hah? Tapi―"

"Tolong lakukan apa yang aku katakan, sekali ini saja. Aku tidak akan ikut campur lagi setelah itu."

Setelah dengan paksa menempatkan Yoo Sangah kembali ke kursinya, aku menarik napas dalam-dalam dan berbalik. Aku menegakkan punggungku yang agak gemetar saat menghembuskan napas. Perlahan-lahan aku mengendurkan pergelangan kaki serta pergelangan tanganku. Sebenarnya, terlalu awal untuk maju. Ini juga bukan rencanaku.

"... Dokja-ssi?"

Aku tidak menjawab panggilan Yoo Sangah saat aku melihat ke arah orang-orang yang menyerang nenek. Aku tidak tinggal diam karena takut pada Kim Namwoon atau orang-orang dalam kereta, aku juga tidak menyetujui ketidakmanusiawian mereka. Aku hanya sedang menunggu. Sekarang inilah saatnya aku harus pindah. Dengan demikian…

Kwang!

Sekarang.

"Akhhh! Apa?"

Suara ledakan memenuhi telingaku. Ledakan itu menyebabkan kereta berguncang hebat. Orang-orang berteriak saat asap membubung dari sudut kanan depan gerbong ini. Ini telah dimulai. Itu sebabnya aku pindah. Aku menendang ke bawah sekeras yang aku bisa dengan kaki kanan, melewati orang-orang yang berteriak lalu duduk di samping nenek.

"Apa? Eeeok!" Kim Namwoon bertabrakan denganku dan jatuh ke tanah dengan teriakan. Sepintas, aku terlihat seperti sedang menyelamatkan sang nenek, tetapi bukan itu yang aku lakukan.

Dimana dia? Aku melihat sekeliling dengan cepat. Seseorang telah jatuh ke arah nenek karena ledakan barusan. Dia adalah anak kecil yang menangis di tengah neraka ini... Anak yang sebelumnya memegang jaring pengumpul serangga.

"Permisi..."

Aku mengambil jaring dari anak itu. Begitu aku memasukkan tangan ke dalam jaring, kitin belalang (kompenen utama yang membentuk radulae atau dinding, tubuh luar, serta gigi belalang) mencapai ujung jariku. Aku mengambil satu belalang dan meletakkannya di telapak tangan anak itu. Kemudian aku menoleh ke arah orang-orang dalam kereta.

"Semuanya, berhenti. Kalian tetap tidak akan bisa hidup jika membunuh nenek itu." 

Suaraku terdengar sangat jelas karena keheningan sementara yang tercipta setelah peristiwa ledakan tadi. Satu per satu, orang-orang mulai melirik ke arahku. 

"Katakanlah jika kalian membunuh nenek itu. Lalu apa selanjutnya?" Ekspresi terkejut mereka terlihat lucu. Kalau begitu aku akan memberi tahu mereka fakta sedikit lagi. "Kematian nenek akan diakui seperti yang dikatakan dokkaebi yaitu sebagai 'pembunuhan pertama', dan beberapa waktu juga dibeli. Lalu bagaimana selanjutnya?"

"Ah…"

"Jika apa yang dikatakan dokkaebi itu benar, kalian semua masing-masing harus membunuh satu orang. Jadi, siapa yang akan kamu bunuh setelah nenek itu? Apa kamu akan membunuh orang di sebelahmu?"

Orang-orang yang memikirkan kata-kataku barusan bergerak mundur satu sama lain. Kengerian memenuhi mata mereka. Faktanya, semua orang tahu… Nenek itu baru permulaan. 

Kim Namwoon memperhatikan suasana yang mulai goyah. "Haha, apa yang kalian semua khawatirkan? Bunuh saja pria itu selanjutnya! Dasar pengecut. Jangan khawatirkan tentang giliranmu terlebih dahulu! Kemungkinannya akan sama!"

Aku tahu Kim Namwoon akan mengatakan sesuatu seperti itu. Dengan sedikit lambaian tanganku, aku memotong ucapannya. "Tidak perlu berjudi seperti itu. Ada cara bagi kalian untuk bertahan hidup, bahkan kalian tidak perlu menjadi seorang pembunuh."

"Apa?"

"A-Apa itu?"

Orang-orang menjadi sangat gelisah, sedangkan ekspresi Kim Namwoon berubah.

"Apa kalian lupa? Skenario utama yang tertera bukanlah untuk 'membunuh seseorang."

Sebagian besar dari mereka masih bingung, tetapi beberapa orang mulai memikirkan sesuatu.

[Bunuh satu atau lebih makhluk.]

Betul sekali. Sejak awal, kata 'orang' tidak pernah ditentukan dalam isi skenario. Bunuh satu atau lebih makhluk hidup…

Dengan kata lain, kehidupan apapun adalah mungkin. Seseorang yang cerdik berteriak saat melihat jaring pengumpul serangga di tanganku, "Serangga! Itu serangga!"

Belalang melompat-lompat di dalam jaring. Melihat hewan kecil itu, mata orang-orang dalam kereta bersinar. Aku mengangguk. "Itu benar, serangga."

Kemudian aku memasukkan tanganku ke dalam jaring dan mengeluarkan seekor belalang. Ini adalah salah satu belalang gemuk yang aku lihat sebelumnya.

"B-Berikan serangga itu padaku! Cepat!"

"Hanya satu! Aku hanya butuh satu!"

Aku perlahan melangkah mundur saat melihat orang-orang mendekat kearahku. Saat ini, aku sedang menghadapi kegilaan eksplosif dari orang-orang yang mencoba membunuh nenek namun seukir senyuman malah muncul di wajahku. Mengapa? Bahkan dalam ketegangan yang menakjubkan ini, mengapa jantungku berdetak dengan gembira?

"Apa kalian menyukainya?" Aku melambaikan jaring pengumpul serangga seperti pelatih yang memprovokasi binatang. Beberapa orang yang tidak sabar melompat ke arahku.

"Kalau begitu ambil ini!" Aku menghancurkan belalang yang kupegang di tanganku.

[Kamu telah mencapai pencapaian 'Pembunuhan Pertama'!]

[100 koin telah diperoleh sebagai kompensasi tambahan.]

Pada saat yang sama, aku melempar jaring pengumpul serangga di tangan yang lain sekuat mungkin ke arah yang berlawanan dari area dimana sang nenek dan orang banyak berkumpul.

"Ini gila!"

Serangga-serangga yang dilepaskan melompat sekeras yang mereka bisa untuk kebebasan.


Daftar Chapter

Sebelumnya | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar