Update Rabu, 27/04/22
Translator: Yumeko
Editor: Yumeko
Chapter 14 : 257 HARI YANG LALU
(POV Makoto)
Aku tidak peduli dengan perasaan orang lain. Tidak peduli ada yang mati atau tidak. Namun, hidup dengan pola pikir seperti itu adalah “tidak biasa”, dan hal-hal yang seperti itu biasanya dibuang di masyarakat.
Tapi sejujurnya, aku bahkan tidak peduli jika Mai mengatakan hal-hal yang tidak bijaksana tentang Nojima.
Sebaliknya, aku mengharapkan dia ditikam.
Melihat seorang pria membunuh tiga atau empat orang dengan menusuk, aku pikir akan menjadi pemandangan yang indah.
Namun, karena kepala sekolah membiarkan Nojima pergi lebih awal, aku tidak dapat melihat momen penusukan itu. Dan setelah itu, aku bahkan lebih kecewa karena dia bahkan tidak mati.
"Aku sangat khawatir tentang Mai ketika penjahat itu masih ada." Aku terlihat cemas dan bertindak seperti saudara yang baik dan bermartabat. Padahal itu semua bohong.
Aku bertanya-tanya apakah mungkin, karena dia akan ditikam sebagai gantinya. Aku sebenarnya tidak ingin saudara perempuan ku mati, tetapi aku tertarik pada momen ketika seseorang ditikam dari dekat. Mendengar ciri-ciri korban biasanya berambut coklat setengah panjang, aku merasa kecewa karena berbeda dengan ciri Mai.
“Ah, gedung stasiun sudah dibangun sebanyak ini…”
Saat kami berjalan beberapa saat, Mai menatap tidak senang pada sebuah bangunan yang baru saja mulai dibangun, seolah-olah dia sudah muak melihatnya. Itu bahkan belum selesai, tetapi memiliki monitor besar yang dipasang untuk tujuan promosi. Promosi murahan untuk pergi bersama keluarga, teman, atau kekasih, kembali terulang.
Sepertinya manusia tidak bisa hidup sendiri. Saat pelajaran moral dan etika di sekolah dasar, guru pernah berkata bahwa jika orang tidak saling mendukung, hidup akan menyakitkan, dan mereka akan hancur.
Tapi apakah itu benar-benar terjadi? Orang jatuh cinta dan punya anak. Meskipun aku diajari bahwa jika manusia tidak melakukan itu, jumlah orang tidak akan bertambah dan negara tidak akan berdiri, sebenarnya ku pikir itu berbeda.
Setidaknya aku tidak pernah berpikir sendirian sebagai "kesepian" atau "menyakitkan".
Pertama-tama, aku tidak memiliki ingatan tentang kesedihan. Melihat buku dan manusia, aku bisa mengerti ketika merasa "sedih" dan "sakit". Namun, aku bisa mengambilnya sebagai pengetahuan, tidak menerapkannya pada diri ku sendiri.
Kalau dipikir-pikir, Mai sering menangis, marah, dan tertawa. Dia tersenyum ketika dia makan makanan lezat dan menangis ketika dia menonton drama TV yang sedih. Ada juga saat-saat dia marah saat menonton TV. Aku ingin tahu apakah dia tidak lelah mengubah emosi sepanjang waktu seperti itu.
(TL/N: Mengapa pikiran Makoto membuatku berpikir dia bukan manusia…)
Tapi aku yakin Mai akan dikategorikan sebagai 'manusia'.
Aku berpikir samar-samar sambil mengamati Mai yang sedang menonton TV tentang hubungan manusia.
0 Komentar